Korban Konflik dan Aneuk Syuhada Temui Utusan Wali Nanggroe, Ada Apa?

Tgk Ahmad Razak bersama para aneuk syuhada, janda korban konflik Aceh saat bersilaturrahmi dengan Tgk Harun utusan Wali Nanggroe. Selasa, (25/2/photo/hR/Az)

Aceh Timur, haba RAKYAT |

Puluhan para korban konfilik Aceh terdiri dari para janda, anak yatim syuhada dan eks kombatan GAM. Selasa, (25/2/2020) mengadakan silaturahmi dengan utusan Wali Nanggroe Aceh, bertempat sebuah rumah makan, lantai 2 Gampong Pante Panah, Kecamatan Pante Bidari Aceh Timur.

Tgk Ahmad Razak sesepuh pejuang yang juga mantan Panglima Gam Daerah II Simpang Ulim Aceh Timur mengatakan apa yang dikeluhkan selama ini oleh para korban konflik dan Aneuk Syuhada Aceh merupakan bukti nyata. ” Saya mengucapkan terimakasih atas kehadiran perwakilan Wali Nanggroe hari ini untuk mendengar langsung keluhan aneuk syuhada, janda korban korban konflik serta eks kombatan GAM yang selama ini belum mendapat bantuan dan perhatian dari pemerintah. Penghormatan saya juga kepada Polsek Pante Bidari Aceh Timur.” Kata Ahmad Razak dalam sambutannya.

” Saya sangat mengetahui kondisi anak syuhada korban konflik, begitu juga dengan para janda dan eks kombatan GAM di lapangan, mereka butuh perhatian pemerintah, mereka butuh pendidikan agama dan biaya sekolah anak anaknya. Selama ini mereka curahkan nasibnya kepada saya, lalu apa yang harus saya jawab. Mereka hanya mendengar bahwa ada bantuan kesejahteraan dan sisa dana diyat untuk para janda korban konflik. Ujarnya. Jika pemerintah Aceh tidak mau melihat dan mendengar keluhan mereka. Jangan salahkan jika nantinya akan terjadi tuntutan dan desakan seperti ini hingga ke Meuligoe Wali Nanggroe. Oleh karena itu saya berharap apa yang telah diminta oleh mereka agar direspon positif oleh Wali Nanggroe dan pemerintah Aceh.” Cetusnya.

Sementara itu, ketua Barisan Aneuk Syuhada Aceh Indonesia (BASAI) Zulkifli turut menyampaikan tuntutan dengan mendesak Wali Nanggroe dan pemerintah Aceh sambil membacakan petisi dihadapan Tgk Harun utusan Wali Nanggroe. Adapun tuntuntan mereka. 1- Kami mendesak pemerintah Aceh dan Wali Nanggroe untuk menuntaskan butir-butir MoU Helsinki. Apabila tidak mampu silakan tinggalkan jabatan nya.
2- Kami mendesak pemerintah Aceh untuk sejahterakan Aneuk Syuhada korban konflik Aceh. 3 – Kami mendesak pemerintah Aceh untuk memberikan Asuransi Pendidikan dan Asuransi masa tua bagi Aneuk Syuhada Aceh dan korban konflik Aceh.
4 – Kami mendesak pemerintah dan KKR untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM di Aceh. Apabila tidak mampu serahkan saja kepada Aneuk Syuhada. 5 – Kami mendesak pemerintah Aceh dan BRA untuk memberdayakan ekonomi dan lapangan kerja untuk para Aneuk Syuhada dan korban konflik. Ungkap Zulkifli. Setelah membacakan lima butir tuntutan oleh pihaknya, Zulkifli juga menyebutkan.” Kami memberikan waktu selama satu minggu, untuk menunggu jawaban dan respon pemerintah Aceh, jika tidak kami beramai ramai akan mendatangi Meuligoe Wali Nanggroe ke Banda Aceh.” Tandas Zul.

Pada kesempatan itu, amatan media ini, selain Aneuk Syuhada, ada pula janda miskin yang mengaku dirinya sebagai korban konflik yang juga menuntut hal yang sama. ” Saya memiliki 7 orang anak, sedangkan ayahnya tertembak dan meninggal saat konflik Aceh. Kami mendengar ada dana Diyat sebesar Rp 65 juta. Tapi saya hanya menerima tiga kali dengan jumlah Rp 9 juta. Apakah dana Diyat itu masih tersisa buat kami dan keluarga.? Jika masih ada dimana.? dan kemana kami harus meminta.? Tanya Nafisah yang mengaku asal Desa Lueng Peut, Kecamatan Madat Aceh Timur.

Selain itu. Nazmah asal Gampong Meunasah Teungoh Kecamatan Pante Bidari mengaku memiliki 6 orang anak, suaminya bernama Abdurrahman M Zain (pang jarueng). ” Suami saya eks kombatan GAM meninggal di Pante Bayam pada 2002, saat itu terjadi kontak tembak di pinggir sungai. Jenazah suami saya tidak ditemukan hingga saat ini,” tutur Nazmah di dampingi anak kecil dan adik iparnya dengan mata berkaca kaca. “Saya meminta anak saya di berikan pekerjaan, karena kami membutuhkan biaya hidup, untuk kebutuhan sekolah, setelah ayahnya meninggal. Kami hidup susah, bahkan saya sering berlinang air mata jika memikirkan nasib anak anak.” ujar Nazman dengan nada haru.

Begitu juga dengan Juliana asal Gampong Bintah, Ia mempertayakan kemana bantuan sisa dana Diyat yang ada di pemerintah Aceh selama ini.? ” Mak kiban cara nyo selama ayah lon hana. Lon hana peng ngon jak beut dan ngon jak sikula,” kata Juliana seperti menirukan suara anaknya.

Sementara itu, Tgk Harun utusan Wali Nanggroe Aceh tampak mendengar dan mencatat semua nama dan apa yang disampaikan Aneuk Syuhada, para Janda dan eks kombatan Gam.” Alhamdulillah pada hari ini, saya sudah mendengar dan melihat. Sepulangnya dari sini akan saya sampaikan kepada Wali Nanggroe dan pemerintah Aceh, kita akan mencari solusinya.” Ujarnya.

Acara yang dipandu oleh Tgk Ahmad Razak didukung oleh LSM Acheh Future berlangsung tertib dimulai dengan do’a bersama dan makan khenduri. Razali Yusuf meminta pemerintah Aceh untuk merealisasi tuntutan Aneuk Yatim syuhada sesuai dengan hasil MoU Helsinki.

” Kami tidak pernah patah semangat dalam membantu saudara saudara kami, terutama anak anak syuhada, sudah 6 tahun kami membatu para santri kurang mampu, kami membantu kitab dan memondokkan mereka yang tidak punya biaya, dengan dana sumbangan dari hamba Allah. Tapi sayangnya, ada oknum yang mengatakan kegiatan sosial yang kami jalankan hanya bentuk kritikan untuk pemerintah. Ini pemikiran yang konyol, padahall ini salah satu program pemerintah yang tertuda dan kami menjalankan program ini sebagai tanda kami membantu pemerintah, bukan sebaliknya.” Ungkap Razali, (hR/Azhar)

Don`t copy text!