Pentingnya Peran Guru Di Saat Ekonomi Negara Terpacu

Oleh :

Ratih Mulyani, S.Pd.I

Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuat.”

Seperti kutipan Soekarno diatas, mungkin seperti itulah gambaran keadaan Indonesia saat ini. Di tengah suasana yang semakin membara (akibat pandemi covid-19), Indonesia harus bangkit.

Karena nasib kita adalah kita sendiri yang menentukan.Tak ada alasan bagi kita untuk sama-sama berjuang mengatasi wabah yang menghantam kehidupan umat manusia.

Kita harus bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi dan menjadi pemenang dalam mengendalikan keadaan serta pemulihan ekonomi.

Beberapa negara bernasib sama seperti kita (Indonesia), mencoba berlomba-lomba untuk keluar dari berbagai kesulitan. Kita harus jadi pemenang, harus optimis, sehingga kita mampu menciptakan sinergi baru untuk keluar dari beban terberat ini.

Mungkin hal terberat itu juga dirasakan oleh kami pihak guru. Berbagai upaya kami lakukan agar anak-anak bangsa mampu melewati keadaan terburuk dalam kehidupan mereka.

Mungkin butuh proses untuk menjalani keadaan ini. Tapi kami yakin, nasib anak bangsa ada di pihak kami para guru.

Peran guru kini sangatlah penting mengingat proses belajar sudah tidak bisa bertatap muka lagi. Guru harus benar benar berupaya semaksimal mungkin, agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan secara online.

Guru adalah Orang pertama dan utama sebagai pendidikan negara, mengingat pendidikan adalah Wadah pencetak generasi bangsa. Oleh karena itu, di tengah maraknya wabah virus corona ini, beberapa peran guru yang  sangat “Urgent” yaitu:

1. Guru Sebagai Motivator

Guru tetap memberikan materi atau penugasan terhadap siswa, disertai dengan motivasi pada siswa untuk tetap semangat dalam belajar di tengah maraknya virus corona.

Guru juga harus memberikan nasihat atau hal-hal yang bersifat positif, agar siswa tidak terlalu parno akan pandemi corona. Di lain sisi, guru juga harus memerhatikan mood belajar siswa agar tidak terlalu stress akibat tugas.

Guru hendaknya mengajar daring dengan tetap memberikan penjelasan kepada siswa, bukan semata-mata hanya dengan memberikan tugas secara terus-menerus, sebab siswa juga butuh penjelasan untuk memahami materi yang dibahas.

2. Guru sebagai Inovator

Proses belajar yang dilakukan secara online mengharuskan guru untuk menguasai teknologi. Guru harus inovatif terhadap media maupun metode yang terus berkembang. Sesuai dengan keadaan saat ini, guru hendaknya menguasai beberapa cara untuk belajar secara online, misal melalui Zoom, Google Classroom, Wa, Line, dan sebagainya.

Metode yang diterapkan juga akan berbeda dari biasanya sebab belajar tidak berlangsung “face to face“. Guru harus pintar-pintar memilih metode yang akan digunakan dalam proses belajar daring ini.

3. Guru sebagai Evaluator

Setelah proses pembelajaran daring dilakukan, guru harus mampu mengevaluasi apa kekurangan dari kuliah online, masalah-masalah yang timbul pada siswa maupun saat proses pembelajaran, apakah siswa menerima materi dengan baik atau tidak, dan masalah lainnya.

Peran guru di atas hanya sebagian saja, masih banyak lagi peran guru lainnya. Namun, ketiga hal di atas perlu diperhatikan dikala siswa belajar secara online untuk beberapa waktu ke depan.

Namun pembelajaran seperti ini tidaklah mudah, mengingat kami berada di daerah terpencil. Di mana pemakaian handphone adalah milik mereka yang “berada” saja. Kami tidak kehilangan akal.

Proses pembelajaran door to door juga kami tempuh. Walaupun banyak kendala yang kami terima, tapi kami yakin setidaknya proses pentransferan ilmu, sedikit banyak akan tersampaikan ke siswa.

Kendala yang kami hadapi di saat proses pembelajaran berlangsung, diantaranya :

a. Jaringan internet yang lambat. Sistem pembelajaran dapat berjalan efektif jika jaringan internetnya bagus. Sebaliknya, ketika jaringan internetnya jelek/buruk, maka secara otomatis proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) online pasti terhambat.  

Belum lagi ada peserta didik yang membuat alasan yang mengada-ada. Artinya, banyak juga peserta didik yang mengatasnamakan jaringan jelek lalu mengurung niatnya mengikuti kegiatan pembelajaran online.

Hal ini sangat mungkin terjadi. Apalagi Kepala Sekolah dan guru-guru tidak dapat mengontrol secara langsung keberadaan mereka di rumah.

b. Lain halnya apabila pembelajaran door to door berlangsung, banyak siswa yang tidak hadir mengikuti pembelajaran. Dan di sini, peran orang tua sangat diharapkan.

Pembelajaran “Door to Door” yang dilakukan oleh Guru di Sekolah

C. Kuota internet terbatas. Orang tua yang terkena dampak Covid-19 pasti akan kesulitan untuk membeli kuota internet. Terutama orang tua yang secara ekonomi tidak memadai. Hal ini perlu dipikirkan secara matang oleh pihak sekolah dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kasihan juga orang tua. Mereka sudah terbebani karena di-PHK oleh perusahaan, ditimpal lagi oleh beban keharusan membeli kuota internet.

d. KBM tidak efektif. Sistem pembelajaran Daring dan Luring tentu tidak seefektif pembelajaran di sekolah. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Misalnya pengurangan jam mengajar. Guru-guru yang biasanya mengajar 4 jam di sekolah, terpaksa hanya mengajar selama satu jam. Dampaknya, peserta didik akan kesulitan memahami materi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.

Dari ketiga kesulitan di atas mesti ada solusinya, baik dari pihak sekolah maupun pemerintah. Setidaknya ada 2 solusi yang biasa kita tawarkan.

1. Bantuan Pemerintah dan Sekolah. Terkaitnya dengan orang tua yang kesulitan mendapatkan kuota internet, saya kira pemerintah perlu hadir dan bahkan memberikan suntikan dana.

Maksudnya, Pemerintah tidak hanya membuat regulasi dan kebijakan pembelajaran melalui sistem Daring dan Luring di setiap sekolah.

Demikian juga sekolah. Perlu ada bantuan khusus bagi orang tua yang secara ekonomi tidak mampu. Terlebih lagi untuk peserta didik yang orang tuanya terkena dampak corona. Semisal di-PHK oleh perusahaan, tempat di mana mereka mencari nafkah.

2. Perihal KBM yang kurang efektif. Sekolah dan para stafnya perlu menemukan cara tersendiri agar materi yang dipelajari sebisa mungkin dapat dipahami oleh peserta didik. Entah bagaimana pun caranya.

Tidak harus memaksa peserta didik untuk memahami materi pembelajaran secara 100 %, 50-70 % saja sudah cukup. Setidaknya mereka tetap memahami materi yang sedang dipelajari.

Sistem pembelajaran ini akhirnya menuntut kita untuk kreatif dalam mendidik peserta didik. Sebagai guru, kita perlu bangkit dari cara-cara mengajar yang sudah lama dan membusuk.

Zaman yang kian berubah memaksa kita juga untuk terus berubah. Termasuk memakai cara-cara baru dalam mendidik, sehingga peserta didik pun akan dengan mudah memahami apa yang kita ajarkan.

Diakhir tulisan, mengutip kata Soekarno :

Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Mungkin inilah maksud dari kutipan Soekarno ini, kita akan sulit melawan “Sistem” yang ada saat ini. Tapi inilah perjuangan, kita harus mampu melewati tantangan demi tantangan, bagaimanapun kondisi negara, kita harus bangkit demi mencerdaskan anak bangsa. (***)
Referensi : https://www.kompasiana.com